Cerita Sex Pertama Dengan Fitri

Segera aku merenggakan sabukku sementara Fitri sudah memainkan jarinya diantara selakangannya artinya dia sudah menungguku untuk bermain dengannya langsung saja aku melepaskan kancing celanaku yang sudah tegang oleh penisku, dan ternyata Fitri belum melepaskan celana dalammnya, kita sudah janji sebelumnya untuk melepaskan bersama sama.

“Hey! Ayoi! Kamu kan janji bersama-sama!”

“Oh, maaf. Aku lupa,” kata Fitri sambil sorot matanya tidak lepas dari tonjolan penisku di celana dalamku.

Fitri kemudian berbaring sambil melepas celena pendeknya melewati pinggulnya yang bulat indah. Tubuh kami berdua sekarang tinggal dibalut oleh celana dalam. Aku benar-benar kagum dengan kemulusan kulit tubuhnya bagaikan kulit bayi, kuning kemerahan dan halus sekali.

“Siap,” kata Fitri.

“OK,” kataku mantap.

Aku benar-benar sudah tidak sabar lagi melihat tubuh seorang gadis yang telanjang bulat di depanku. Dan… Hal itu benar-benar menjadi kenyataan ketika Fitri pelahan-lahan melepas celana dalamnya, bersamaan dengan kuturunkan celana dalamku melewati kakiku.

Dan kemudian kami berdua sama-sama terbengong-bengong melihat tubuh telanjang di depannya. Kulit tubuh Fitri benar-benar mulus, lekukan tubuhnya benar-benar mempesona. Ketika sudut mataku melihat ke Fitri, kulihat wajahnya merah padam dan sorot matanya menjelajahi seluruh tubuhnya.

Sepertinya wajahnya jadi semakin cantik dan oohhh… Sepasang bukit dadanya benar-benar mengagumkan dan menggetarkan hatiku, tapi… Bagian bawahnya… Kulihat rambut kecil-kecil halus berwarna pirang menutupi cembungan dipangkal pahanya. Tapi tidak ada lagi yang bisa kulihat, sepertinya semuanya tersembunyi dibalik rambut halus itu.

“Wow, berbaringlah terlentang, aku ingin bisa melihatnya dengan jelas.” seru Fitri

Aku tidak bisa menolaknya, aku terlentang sambil memperhatikan Fitri. Dia bergeser mendekati diriku. Sepasang bukit dadanya ikut bergoyang, pemandangan yang menakjubkan sekali. Aku tidak memperhatikan tangannya sampai ketika jari-jarinya mengelus batang penisku dengan lembut.

“Oh besar sekali, keras, tapi kulitnya lembut sekali.” kata Fitri sambil tangannya menjelajahi seluruh bagian penisku, meremas dan mengusap-usapnya dengan lembut.

“Ouchh!” erangku. Sepertinga tubuhku melambung tinggi…

“Benar-benar luar biasa,” desis Fitri benar-benar terpesona menyaksikan penisku yang tegang kukuh dan keras.

Kurasakan jari-jari Fitri mengocok-kocok batang penisku naik turun dengan penuh gairah. Aku tidak pernah melihat penisku menjadi sebesar itu, sepertinya penisku telah mengembang secara maximum. Mataku tertutup rapat-rapat… Mulutku mendesah-desah tanpa dapat kukendalikan lagi,

“Ooohhh… Aaahhh…” aku benar-benar tidak pernah merasakan senikmat ini.

“Kau senang aku beginikan?” bisik Fitri dengan suara genit.

Gerakan tangannya naik-turun semakin cepat sampai pinggulku terangkat-angkat menahan nikmat dan geli luar biasa. Akhirnya aku tak dapat menahan lagi, dengan diiringi teriakkan nyaringku, spermaku meledak dan menyembur kuat keudara beberapa kali. Inilah untuk pertama kalinya aku mengalami orgasme.

Fitri juga berteriak tertahan dan meloncat menjauhiku, gadis ini benar-benar terkejut melihat spermaku yang begitu dasyat menyembur keudara dan sebagian jatuh menimpa tangan, paha dan dadanya.

Beberapa saat aku terkulai lemas. Sepertinya aku sempat tak sadar beberapa detik. Begitu pula Fitri, gadis ini terbengong-bengong melihat kejadian yang benar-benar tak pernah terbayangkan olehnya.

“Apa… Apa yang terjadi??” kata Fitri terbata-bata.

“A… A… Aku tidak tahu. Aku tidak pernah mengalami seperti ini sebelumnya.” kataku tergagap-gagap.

Setelah berpikir beberapa saat Fitri berkata pelan.

“Aku tahu. Kau mengalami orgasme.” katanya sambil mengusap-usap cairan kental spermaku yang berhamburan kemana-mana.

“Ini adalah sperma. Tapi aku benar-benar tidak menduga proses keluarnya begitu luar biasa.”

“Yeah, memang sangat luar biasa. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dan sulit kugambarkan.” kataku.

Fitri tertawa genit.

“Itu karena aku! Aku yang membuatmu sampai orgasme! Tadinya aku khawatir, kau mengerang-erang seperti kesakitan.”

“Yeah. Benar-benar luar biasa. Jari-jari tanganmu juga luar biasa” kataku sambil melihat tubuh moleknya yang telanjang bulat. Dan akupun tak ingin membuang tempo lagi.

“Hey. Sekarang gantian aku!! Cepat kamu berbaring” kataku.

“Tapi… Tapi kau pelan-pelan ya??” kata Fitri.”Aku takut.”

“OK, jangan khawatir, aku tak akan menyakitimu.”

Ya Tuhan, inilah hari bersejarahku sebagai seorang laki-laki. Dihadapanku berbaring terlentang sesosok tubuh gadis yang luar biasa cantiknya telanjang bulat. Mataku benar-benar termanjakan dengan pemandangan yang benar-benar menakjubkan.

Pelahan-lahan kuusap cairan spermaku yang menempel di bukit kecil di dada Fitri. Tanganku sampai gemetaran meraba kulit kenyal dan halus di sepasang bukit indah itu. Puttingnya yang kecil jadi mengeras ketika tanganku mengelus-elusnya.

Apalagi ketika putting itu kepegang dan kupilin-pilin lembut, Fitri mengerang lembut. Hatiku sampai berdesir mendengar erangan aneh itu. Sepertinya mengandung kekuatan magis yang membangkitkan kembali gairahku.

Kuturunkan tanganku menelusuri perutnya kebawah sampai daerah pangkal pahanya. Kuusap-usap rambut halus pirang disana. Rambut yang panjangnya sekitar 1/4 inci itu sangat lembut. Aku tidak menduga didaerah itu bisa tumbuh rambut. Ujung jariku kususupkan ke celah-celah yang membelah vertikal gundukan kecil di pangkal pahanya. Daerah itu ternyata basah oleh cairan lendir.

“Buka lagi pahamu, aku tidak bisa melihat apa-apa disini.”

Ketika Fitri membuka lagi pahanya, tampaklah celah-celah yang berwarna pink yang mengkilat basah oleh cairan lendir.

“Wow!!!…”

Benar-benar pemandangan yang luar biasa, aku tidak pernah membayangkan seperti itu bentuk vagina seorang gadis. Kudekatkan wajahku agar bisa melihat lebih jelas daerah misterius yang sudah lama ingin kulihat.

Kucium aroma khas yang segar dan juga cukup harum. Kukira Fitri sangat rajin membersihkan daerah itu. Tapi kembali aku tak bisa melihat apa-apa selain celah vertikal yang tertutup. Dengan hati-hati kususupkan jari-jariku kebibir vertikal yang cukup tebal itu, kurasakan kebasahan dan kehangatan didaerah itu.

Pinggul Fitri terjungkit-jungkit setiap kali kugosok celah-celah itu, bibirnya setiap kali juga mengeluarkan desahan-desahan aneh yang merangsang pendengaran, apalagi ketika ujung jariku menyentuh tonjolan clitorisnya.

Sepertinya daerah tersebut sangat sensitif seperti juga sulit penisku, dan Fitri juga merasakan nikmat yang tak kalah bebatnya seperti ketika Fitri mengusap penisku. Aku jadi semakin bersemangat menggerakkan jariku menyusuri celah-celah itu.

Akhirnya mataku melihat lubang kecil berwarna merah muda dibawah tonjolan clitorisnya. Dari lubang itulah cairan bening itu keluar. Lubang itu cuma sebesar ujung jari kelingkingku. Aku yakin itulah yang disebut vagina yang tadi ditunjuk oleh Fitri, dan di buku dikatakan bahwa penis dimasukkan ke lubang itu.

Tapi koq begitu kecil? Kumasukkan ujung jariku ke lubang itu, terasa hangat dan ketika kugerak-gerakkan tiba-tiba aku sangat terkejut, sepertinga ujung jariku terhisap oleh lubang itu. Aku jadi penasaran sekali, ketika akan kumasukkan lagi tiba-tiba Fitri membentakku.

“Hey! Apa yang kamu lakukan?!” katanya sambil melompat ketika ujung jariku kumasukkan lebih dalam.

“Aku hanya ingin tahu lubang apa itu.”, kataku sambil terus mau memasukkan ujung jariku lagi.

“Keluarkan cepar keluarkan.” kata Fitri panik.

Ujung jariku seperti menabrak suatu dinding dan ketika kudorong lagi.

“Auw.. aduh stop!!” Jerit Fitri kesakitan. Dengan gugup kutarik ujung jariku keluar lubang kecil dan sempit itu.

“Itukan lubang dimana penis dimasukkan bukan??” kataku mencari kepastian.

“Mungkin.”

Aku memulai mendorong lagi jariku ke dalam lubang itu,

“Apakah seperti dimasukkan penis?” tanyaku lagi. Pinggul Fitri kembali menggeliat-geliat.

“Aduuhhh stop, stop please!” Rintih Fitri.

Aku ingat ketika singa jantan memasukkan penisnya kevagina singa betina. Tapi Fitri sepertinya merasa kesakitan dan keenakan sekaligus.

Kini jariku kugerakkan keluar masuk. Lubang itu begitu sempit dan ketat menjepit ujung jariku. Cairan lendir semakin banyak keluar. Kulihat Fitri tidak lagi kesakitan, cuman mulutnya tak henti-hentinya mendesis keenakan dan tubuhnya menggeliat-geliat begitu menggairahkan… Sampai tiba-tiba tubuhnya menggigil dan mengejang,

“Aaahhh… Ooohhh,” jeritnya nyaring sambil menarik tanganku dari liang itu.

“Apa yang terjadi???” tanyaku keheranan.

“Entah, ahhh.” Desah Fitri dengan nafas tersegal-segal.

“Mungkin aku orgasme,” bisik Fitri sambil tersenyum manis sekali.

“Ohhh, kupikir memang benar penis harus dimasukkan ke lubang itu,” kataku, “Tapi aku tidak yakin lubang itu terlalu kecil untuk ukuran penis.”

“Kenapa tidak?” kata Fitri sambil melihat penisku yang mulai membesar dan menegang lagi.

“Penis terlalu besar. Ujung jariku saja sudah sulit masuk, apalagi penis yang ukurannya jauh lebih besar dan panjang.”

Fitri meraih kembali penisku.

“Yeah aku tahu maksudmu.”

Dia memperhatikan penisku dengan seksama sambil mengusap-usapnya. Sepertinya dia sangat sangat tertarik dan menyukai penisku itu, seperti barang antik yang sangat berharga.

“Jika tidak cukup, paling tidak kita bisa mencobanya untuk meyakinkan samapi sejauh mana.” kata Fitri sambil melirik ke arahku, senyuman genis tersungging dibibirnya.

“Apa kau pikir cukup aman?” tanyaku ragu-ragu. Tentunya aku sangat senang melakukannya, tapi aku khawatir Fitri akan kesakitan.

Fitri kembali berbaring terlentang dan pahanya dibuka lebar.

“Yakin. Bila tidak muat dimasukkan ke dalam milikku, maka kita akan mencari cara lainnya. Apapun juga kamu bisa ejakulasi, dan itu tidak akan menbuatku hamil karena tidak masuk ke dalam.”

Aku segera menempatkan pinggulku diantara kedua pahanya. Terasa hangat, basah dan lembut. Kugerak-gerakkan ujung penisku untuk menemukan lubang itu, begitu menyentuh lubangnya, kutekan sedikit, kemudian kugerakkan pinggulku sambil terus menekan.

Sepasang bukit dadanya mengeras, putingnya menusuk dadaku. Kedua tangannya merangkul leherku. Kami kembali berciuman. Tubuh kamu saling menekan dan menggesek.

Fitri ketawa genit sambil berbisik, “Aku sangat senang kamu ada disini, dalam posisi seperti ini,” katanya sambil memelukku dengan mesra sekali.

Kami terus saling menggesek dan menekan, tangan kami juga saling mengelus dan meremas-remas. Nafas kami semakin cepat dan tubuh kami juga semakin panas, peluh kami mulai membasahi tubuh kami. Ini benar-benar luar biasa. Gesekan-gesekan itu demikian nikmatnya. Tapi usaha penisku untuk masuk ke lubang itu selalu gagal.

“Masih belum bisa masuk?” Bisik Fitri.

“Coba kutekan agak keras lagi,” kuangkat sedikit pinggulku, kemudian kutekan keras, tapi ternyata malah meleset kesamping.

“Uhhh…” desis Fitri.

“Coba kubantu,” bisik Fitri sambil tangannya meraih batang penisku, kemudian ditempatkan tepat di gerbang liang vaginanya.

“Tekan!!” kata Fitri

“Yeah,” kataku sambil menekan pinggulku cukup kuat.

Kuangkat sedikit lagi, kembali kutekan lebih keras sambil tangan Fitri mengarahkan penisku. Kurasakan liang itu semakin mengembang dan tiba-tiba sebagian ujung penisku berhasil melesak ke dalam.

“Stop!” teriak Fitri.

“Ohhh…” keluhku, sambil menghentikan gerakanku.

Kepala penisku yang bulat sudah berhasil masuk keliang vagina Fitri. Begitu ketatnya liang itu seperti mengunci ujung penisku.

“Ujung penisku sudah berhasil masuk,” bisikku.

“Ya, aku tahu. Aku dapat merasakannya.” kata Fitri.

Pelahan kutarik sedikit penisku pelan-pelan, kemudian kutekan lagi dengan tekanan lebih kuat. Begitu kulakukan berulang-ulang sampai ujung penisku tiba-tiba menabrak kuat dinding penghalang disana.

“Ahhh, stop, kita sebaiknya berhenti, ohhh jangan!” kata Fitri terbata-bata.

Meskipun mulutnya mengatakan jangan, tapi kurasakan pelukan Fitri malah semakin erat, dan pinggulnya pun bergerak mengimbangi tusukannku.

“Kita sebaiknya berhenti… Kita, ohhh stop!” rintih Fitri.

“Yeah.” kataku, tapi penisku tidak mau berhenti. Tekanan pinggulku makin lama makin kuat sehingga akhirnya…

“Aaahhh… ADUH!!! Ohhh… Aaahh,” jeritan Fitri melengking kuat ketika penisku berhasil menembus benteng penghalang itu. Batang penisku tenggelam seluruhnya ke dalam liang yang sudah tidak perawan lagi, sampai bola testicle-ku menekan pangkal pahanya. Jeritan Fitri dan cengkeraman kukunya mencengkeram kuat di pundakku dan pahanya memeluk kuat kuat pinggulku membuatku benar-benar terkejut.

“Aduh! stop, stop!” jerit Fitri.

Kurasakan jepitan liang vagina Fitri yang begitu kuat dan ketat sekali, kurasakan juga denyutan-denyutan dinding liang itu seperti menyedot penisku, dan kurasakan kehangatan disana.

“Fitri. Penisku sudah masuk semua.” kataku sambil terengah-engah.

“Aku bilang stop! Sakit sekali tahu!” bentak Fitri. Kulihat wajahnya merah padam dan air matanya mengalir membasahi pipinya.

“Maafkan aku Fitri. Aku tidak bisa mengendalikan diriku.”

“OK. Bisa kamu tarik keluar sekarang?”

“OK…” Aku cabut penisku pelan-pelan, Fitri merintih, kutekan lagi pelan-pelan dan kembali kutarik lagi sedikit. Kurasakan sesasi gesekan antara penisku dan dinding liang vagina Fitri begitu luar biasa nikmatnya. Tubuhku sampai menggigil menahan geli dan nikmat yang teramat sangat.

“Fitri, sebaiknya jangan dilepas,” bisikku.

“Ya, aku tahu…” desah Fitri sambil menggerakkan pinggulnya keriri-kanan mengikuti gerakan pinggulku. Tangan Fitri kembali memelukku erat-erat. Seperti juga aku, sepertinya Fitri juga merasakan sensasi kenikmatan yang sangat luar biasa.

Dia ingin menghentikannya, tapi kenikmatan itu sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Dan tiba-tiba kembali tubuh Fitri mengejang sambil mengerang cukup keras, ketika Fitri mencapai orgasmenya yang kedua kali. Fitri sepertinya mengatakan sesuatu kepadaku, tapi tidak jelas, akhirnya ia menggigit pundakku.

Diding liang vaginanya berdenyut-denyut kuat, membuat penisku tersedot-sedot dan sepertinya aku juga tidak kuat lagi menahan diri. Kutekan penisku dalam-dalam dan…

“Aaahhh…” spermaku menyembur kuat berkali-kali didasar liang vagina Fitri.

Entah berapa lama kami terkulai sambil berpelukan, penisku masih tertanam diliang vagina Fitri…

Ketika kami sadar, segera kutarik penisku yang sudah mengecil itu. Kulihat cairan spermaku bersama cairan vagina Fitri berhamburan dimana-mana. Dan cairan itu berwarna merah… Memang benar-benar darah Fitri yang bercampur cairan sperma.

“Ya ampun, Fitri, aku benar-benar melukaimu, maafkan aku Fitri,” seruku panik.

“Ohhh tidak!” jerit Fitri sambil melihat ke vaginanya.

“Kamu ejakulasi di dalam lubang vaginaku!! Kau masukkan spermamu di dalam! Aduh, kamu bisa membuatku hamil!!!”

Cepat-cepat kuperiksa vagina Fitri. Tidak kelihatan ada luka disana, tapi darah keluar dari liang vaginanya. Aku yakin, pasti bagian dalam liang vagina itu ada yang luka.

Akhirnya kami memutuskan untuk tidak menceritakan kepada orang lain kalau Fitri sembuh nanti. Kami cuman bisa menunggu untuk melihat apakan Fitri hamil atau tidak. Kami segera berpakaian dan aku segera lari pulang kerumah. Sampai beberapa minggu kami berdua dihinggapi perasaan takut. Dan Fitri pun sepertinya takut untuk menemuiku. Dia selalu menghindar kalau melihatku.

Kami memang tidak pernah menceritakan kejadian itu kepada orang lain, dan kami juga tidak pernah melakukan hubungan sex lagi, tapi kami masih berteman sampai beberapa tahun, sampai akhirnya aku pindah ke Bali. Tapi aku tidak pernah melupakan hari bersejarah yang sangat menakjubkan itu!!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel